Tugas Softskill - Pertemuan 1
Nama : Muhammad Fahreza
NPM : 57414194
Kelas : 1IA07
Jenis
Tulisan : Cerita Pendek (Cerpen)
Judul
Tulisan : Cinta Atau Budaya?
Tema : Manusia & Kebudayaan
Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar
Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar
Perkenalkan
namaku Zaki Setiawan. Tetapi teman-temanku sering memanggilku dengan sebutan “Kentung”.
Tidak tahu mengapa teman-temanku memanggilku seperti itu, mungkin karena postur
tubuhku yang tergolong cukup besar. Kini aku genap menginjak usia 17 tahun dan
sedang duduk dibangku SMA kelas XII. Kata teman-temanku aku ini tampan, tapi
teman-temanku malah tidak suka kepadaku karena aku ini termasuk orang yang
nakal, cuek, suka usil kepada teman-temanku dan disegani oleh semua orang. Aku
dikenal sebagai siswa paling pemalas di sekolah dan aku juga termasuk orang
yang selalu melanggar peraturan terutama peraturan yang ada di sekolah.
Suatu ketika suasana di
dalam kelas,
“Selamat
pagi anak-anak, hari ini kita akan belajar mengenai hakikat budaya.. Silahkan
buka buku kalian halaman 24”, tutur Bu Guru dengan semangat untuk mendidik
murid-muridnya.
15
menit berlalu, tiba-tiba terdengar suara dari arah pintu dengan kerasnya..
Ternyata Kentung terlambat datang ke sekolah dan langsung masuk ke kelas dengan
seenaknya dia tanpa salam terlebih dahulu.
“Zaki...!!
Dimana sopan santunmu? Tidak seharusnya kamu seperti itu saat sedang ada guru
yang mengajar. Sudah terlambat, tidak minta maaf pula..”, ucap Bu Guru dengan
nada kesal.
“Kali
ini kamu harus Ibu hukum!, cepat kesini..!”, kata Bu Guru.
“Tidak mau Bu.. Aku ingin belajar, bukan
dihukum”, ucap Kentung sambil tertawa kecil.
"Ha..Ha..Ha.. Kentung.. Kentung. Abis
kesambet apa lo? Kalah Albert Einstein.. Ha..Ha..Ha”, sorak sebagian murid di kelas
sambil menyindir Kentung.
"Sudah-sudah.. Kentung, cepat
kesini..!! Kamu harus dihukum", sahut Ibu Guru.
"Baiklah kalau itu yang Ibu mau.. Saya
siap dihukum.", sahut Kentung dengan nada pasrah.
"Ibu akan memberi hukuman yang
mendidik, kamu harus membuat suatu laporan mengenai kebudayaan yang ada di
sekitarmu. Ibu hanya memberi waktu 3 hari. Jadi kamu harus bergegas
mencarinya", kata Ibu Guru.
"Yahhh... Tapi bu??", lanjut
Kentung.
"Tidak ada tapi-tapian! Pokoknya
kerjakan tugas yang sudah Ibu berikan. Toh itu juga buat belajar kamu juga kan?"
, sahut Ibu Guru dengan nada tegas.
"Baiklah bu..! Akan segera aku
kerjakan", tegas Kentung.
Bel pulang sekolah
berbunyi, murid-murid beramai-ramai keluar dari sekolah. Tetapi di sudut pohon
dekat lapangan, tampak Kentung sedang duduk menyendiri di bawah bangku.
"Tung..
Sedang apa lo di mari??", kata Hendro sambil menepuk pundak Kentung.
"Ane
bingung ndro sama hukuman Ibu Guru tadi.. Mau bikin tugas apa.."
"Hmm..
Sepertinya ane punya ide Tung buat lu, coba lu ke desa Anggrek di sebelah utara
dari sini. Dengar-dengar nih ya, di sana ada cewek yang pandai bela diri Silat..
Wooh keren kan?? Mungkin lu bisa tanya-tanya ke dia buat ngerjain tugas
kebudayaan lu yang tadi di kasih Ibu Romlah", jawab Hendro.
"Ah
seriusan lu ndro?", sahut Kentung dengan ekspresi seakan tidak percaya.
"Seriusan
gw tung.. Masa ane boong. Coba sekarang lu kesana, mumpung hari belum petang",
lanjut Hendro.
"Baiklah
sob, makasih banyak ya.. Lu emang teman baik ane. Doain ane semoga ini tugas
cepat selesai", jawab Kentung.
Detik demi detik telah
berlalu, tiba Kentung di halaman rumah Anggi, perempuan yang pandai bela diri
Silat asal Betawi ini.
"Heii..!!
Siapa kamu? Kok main masuk-masuk aja ke halaman rumahku? Tidak punya sopan
santun ya?", teriak Anggi ke arah Kentung.
"Apa
benar kamu cewek yang pandai berbela diri itu ?", jawab Kentung dengan
nada penasaran.
"Hehh..
Ditanya kok malah nanya balik? Aku tidak akan menjawab pertanyaanmu sebelum
kamu keluar dan kembali masuk dengan mengucap salam terlebih dahulu",
jawab Anggi dengan mimik jutek.
Kemudian Kentung keluar
dan kembali masuk dengan mengucapkan salam.
"Assalamu’alaikum..
Apa benar kamu cewek yang pandai berbela diri Silat itu?", tanya Kentung.
"Wa’alaikumsalam..
Tidak kok! Tidak benar! Aku tidak pandai, aku hanya sering giat berlatih aja.
Kan bela diri penting juga buat semua orang untuk menjaga dirinya.", jawab
Anggi dengan lemah lembut.
"Subhanallah,
cantik sekali paras perempuan ini.. Sudah cantik, baik pula akhlaknya.",
(Kentung berkata dalam hati yang seakan sedang berbunga-bunga sambil
senyam-senyum sendiri).
"Hai..
Apa ada yang salah denganku? Kok kamu malah diam ? Oh iya, kalau boleh tahu
siapa namamu? Dan ada keperluan apa kamu ke rumahku?", tanya Anggi.
"Hmmm..
Tidak-tidak, aku diam karena aku senang bisa bertemu denganmu.. Hehe. Oh iya kenalin
namaku Zaki. Kamu bisa panggil aku Kentung aja, tapi itu sih terserah kamu mau
panggil apa. Kalau namamu siapa? Aku ke sini ingin meminta bantuanmu untuk
mengerjakan tugas kebudayaan yang diberikan guruku. Kan kamu suka sekali tuh
dengan kebudayaan, terutama seni bela diri yang kamu kuasai itu. Maukah kamu
membantuku?", jawab Kentung sekaligus bertanya.
"Namaku
Anggi. Oh kamu ke sini ingin belajar, baiklah kalau begitu aku bisa membantumu.
Aku juga bisa saling belajar denganmu kan.", jawab Anggi.
"Beneran
Nggi? Wah terima kasih banyak yaa.. Kamu baik sekali. Kapan kita bisa mulai
belajar?", tanya Kentung dengan senang.
"Sama-sama.
Kita belajarnya mulai besok siang aja ya? Sekarang kan hari sudah petang,
waktunya beristirahat.", lanjut Anggi.
"Baiklah..
Kalau begitu aku permisi dulu ya Nggi, sampai ketemu besok siang. Assalamu’alaikum..",
tambah Kentung sambil ingin beranjak pulang.
"Wa’alaikumsalam
", jawab Anggi.
Waktu menunjukkan pukul
13.00. Kentung kembali lagi ke rumah Anggi untuk memulai belajar dengannya.
Perlahan demi perlahan Anggi menjelaskan secara rinci tentang arti kebudayaan.
"Nggi..
Kalau kebudayaan itu dibentuk berdasarkan unsur-unsur apa saja? ", tanya
Kentung.
"Menurut
C Kluckhohn, budaya itu dibentuk berdasarkan unsur : Peralatan dan perlengkapan
hidup, mata pencaharian hidup, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem
pengetahuan dan agama", jawab Anggi dengan singkat dan jelas.
Tak terasa waktu sudah
berjalan 3 jam, dan tugas kentung sudah hampir selesai. Namun hanya bagian
kesimpulan saja yang belum. Tetapi Anggi tidak mau membantu, Ia menyuruh Kentung
untuk menyimpulkan sendiri dari hasil pembahasan Anggi yang telah ia jelaskan.
"Wah..
Nggak kerasa ya tugasku sudah hampir selesai. Tinggal 1 halaman lagi bagian
kesimpulan.. Dan tugasku selesai.. Alhamdulillah.", kata Kentung.
"Iya
Zak, tapi bagian kesimpulannya kamu buat sendiri yaa, aku sengaja tidak
membantu biar kamu bisa menyimpulkan sendiri dari hasil belajar bareng kita
tadi. Mungkin kamu bisa membuatnya di rumah, besok kalau sudah selesai baru
kamu kesini dan memberi penjelasan sedikit kepadaku. Gimana? Karena sekarang
sudah jam 16.00, aku harus membantu Ibuku di dapur", terang Anggi sambil
tersenyum.
"Ah,
tidak apa-apa kok Nggi. Aku sudah banyak merepotkanmu. Jadi biarlah aku
menyimpulkannya sendiri. Yaudah kalau begitu makasih banyak ya Nggi kamu sudah mau
membantuku. Aku permisi pamit pulang.. Assalamu’alaikum..", jawab Kentung
dengan semangat.
"Iya
sama-sama kok Zak, dengan senang hati. Wa’alaikumsalam.. Hati-hati dijalan Zak",
lanjut Anggi.
Malam hari, di meja
belajar Kentung. Tampak ia sedang mengerjakan kesimpulan dari pembelajaran
siang tadi. Sambil berfikir tentang tugasnya, di lain sisi terlintas
dipikirannya sosok Anggi yang cantik dan baik itu.
"Kok
aku kalau dekat dia merasa nyaman yaa.. Apalagi kalau belajar tentang
kebudayaan dengan dia tadi. Aku yang nakal aja bisa mendadak jadi baik dan
sopan kalau di dekat dia. Apa ini cinta? Apa aku terus terang saja mengatakan
kepadanya kalau aku...?", (Kentung berbicara di dalam hati seolah sedang
berfikir).
"Ah
sudahlah.. Apa dayaku yang tidak pantas buat dia. Hmm, aku punya ide. Bagaimana
kalau besok kukatakan kepadanya kesimpulan pembelajaran tadi dengan dipadukan
perasaanku ini? Yaa! Ide bagus, akan kucoba ", (Lanjut Kentung berkhayal
kembali sambil menyusun kesimpulannya).
Keesokan harinya, di jam
yang sama seperti kemarin, Kentung kembali datang ke rumah Anggi untuk
memberikan kesimpulan tugasnya yang sudah ia buat tadi malam.
"Assalamu’alaikum,
Anggi..", salam Kentung.
"Wa’alaikumsalam,
eh Zaki.. Gimana sudah selesai belum kesimpulannya?", tanya Anggi.
"Sudah
dong.. Kamu mau dengar aku membacakannya?" , jawab Kentung dengan
tersenyum.
"Boleh..
", lanjut Anggi.
"Jadi, aku mengambil
kesimpulan ini dari pendapat Bapak Ki Hajar Dewantara yang menjelaskan bahwa kebudayaan itu berarti buah
budi manusia, maksudnya adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh
kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat) yang merupakan bukti
kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di
dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
pada lahirnya bersifat tertib dan damai. Contohnya Silat yang kamu telah
jelaskan kemarin", jawab Kentung dengan singkat, padat
dan jelas.
"Wah.. Bagus Zak
kesimpulannya. Aku suka dengan pendapat beliau itu. Jadi menurutku tujuan inti
dari kebudayaan itu sendiri yaitu menciptakan kebahagiaan yang tertib dan damai",
pungkas Anggi.
"Iya kamu benar
Nggi.. Aku bisa merasakannya sendiri kok. Dimulai dari hukuman guruku untuk
membuat laporan tentang kebudayaan, lalu belajar denganmu apa itu kebudayaan,
sampai akhirnya aku bisa merasakan bahwa dengan kebudayaan itu aku bisa menjadi
tertib dan damai. Apalagi waktu aku di dekatmu saat kita belajar bersama sambil
bercanda tawa. Aku yang dulu nakalpun sekarang mencoba untuk berubah dan
menanam pada diriku bahwa aku harus selalu ingat dengan kebudayaan, karena
dengan kebudayaan itu, dengan sendirinya perlahan akan menjadi suatu kebiasaan,
tentunya kebudayaan yang positif."
"Tunggu deh.. Di
dekatku? Maksudmu? Aku tidak mengerti" , tanya Anggi dengan penasaran.
"Iyaa nggi, aku
seakan berubah menjadi orang yang baik dan ingin terus menjadi orang yang baik
saat di dekatmu yang memiliki wawasan luas tentang budaya. Apa mungkin ini yang
dinamakan cinta? Dari
situ aku mengetahui bahwa kebudayaan mencerminkan sopan santun seseorang. ",
terang Kentung sambil mencuri sedikit perhatian.
"Cinta? Jadi kamu berubah gara-gara
cinta? Aku tidak mengajari tentang arti cinta, melainkan aku hanya mengajari
arti kebudayaan. Jadi kamu berubah gara-gara cinta tau budaya?, tanya Anggi
dengan jutek.
"Gara-gara dua-duanya
Nggi.. Hehe. Kalau cinta, aku bisa berubah karena memang naluriku yang masih
menyukai sosok wanita. Kalau budaya, aku bisa berubah karena dari kebudayaan
aku bisa belajar banyak mulai dari norma, sopan santun, dan lainnya. Jadi aku
bisa berubah karena kamu dan kecerdasanmu yang membuatku kagum. ", jawab
Kentung.
"Aku Cuma mau 1
jawaban, bukan 2. Gara-gara cinta atau budaya kamu dapat berubah menjadi lebih
baik? ", tanya Anggi lagi untuk kedua kalinya.
"Hmm.... ",
(Kentung berfikir keras untuk memilih 1 jawaban)
"Baiklah.. Aku
berubah karena cinta. Mengapa? Karena segala sesuatu membutuhkan kecintaan
terlebih dahulu, kalau kita tidak cinta, mana bisa kita menyukainya. Sama
halnya dengan budaya, kalau kita sudah tidak cinta dengan budaya, bagaimana
kita bisa mempelajarinya dan menjalankannya. Jadi jawabanku yaitu cinta. ",
jawab Kentung dengan penuh jiwa bijaksana.
"Gitu doong.. Aku kan
cuma butuh 1 jawaban. Dan jawabanmu bagus sekali aku suka!. Aku juga cinta.......
", lanjut Anggi dengan jawaban yang membingungkan Kentung.
"Kamu cinta?? Maksudmu
kamu cinta ...?? , jawab Kentung yang tidak peka.
"Iyaa.. maksudku aku
sependapat denganmu memilih jawaban cinta seperti yang telah kamu jelaskan
panjang lebar tadi ", jawab Anggi dengan perasaan kecewa karena Kentung
tidak peka terhadap jawabannya yang sengaja ia buat membingungkan.
"Oh begitu.. kirain
cinta apa.. Hehe. Yaudah sekali lagi aku benar-benar berterima kasih kepadamu
Nggi, kamu memang baik sekali.. Senang berkenalan denganmu" , lanjut
Kentung.
"Iyaa Zak, sama-sama.
Kalau ada tugas budaya ataupun tugas lain kamu bisa kesini kapan aja kok, kita
bisa belajar bareng lagi.. ", jawab Anggi sambil tersenyum.
"Dengan
senang hati Nggi.. Aku pasti bakalan kesini terus dehh.. Hehe. Yaudah aku pamit
dulu yaa, sampai jumpa di lain waktu Nggi. Assalamu’alaikum..", salam
Kentung.
"Wa’alaikumsalam..",
jawab Anggi.
Sampai
tibanya Kentung mengumpulkan tugas laporan yang diberikan Ibu Gurunya. Laporan
kebudayaannya sangat bagus sekali. Ibu Guru dan teman-temannya tidak menyangka
bahwa Kentung yang sekarang ini jauh lebih baik dari sebelumnya. Ketika ditanya
mengapa Ia bisa berubah seperti ini, Kentung dengan senangnya menjawab bahwa Ia
bisa berubah karena Cinta. Yaitu Cinta kepada naluri dan Cinta kepada budaya.
---------------------------------------------------------------------------------
Kesimpulan
Dari cerpen di atas,
banyak pesan-pesan induktif maupun deduktif yang dapat kita ambil. Berikut
beberapa poin-poinnya :
1. Kebudayaan
dalam bersalam dan meminta izin ketika ingin masuk ruangan saat ada seseorang
yang sedang berbicara masih menjadi perhatian untuk kita semua, yaitu cuek dan
masa bodo. Seharusnya sikap kita percaya diri dan lakukan apa yang menurut kita
pantas untuk dilakukan, tentu kita juga harus bisa membedakan mana yang baik
dan mana yang buruk.
2. Budaya
itu dibentuk berdasarkan unsur : Peralatan dan perlengkapan hidup, mata
pencaharian hidup, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan
dan agama. (Menurut C Kluckhohn, Sumber : Wikipedia)
3. Kebudayaan
itu berarti buah budi manusia, maksudnya adalah hasil perjuangan manusia
terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat) yang
merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan
kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai. (Ki Hajar Dewantara, Sumber : Wikipedia)
4. Dan
yang terakhir, kesimpulan yang didapat dari cerpen penulis yaitu
bahwa segala sesuatu itu membutuhkan kecintaan terlebih dahulu, kalau kita
tidak cinta, mana bisa kita menyukainya. Sama halnya dengan budaya, kalau kita
sudah tidak cinta dengan budaya, bagaimana kita bisa mempelajarinya dan
menjalankannya.
Cerita ini hanya fiktif belaka, mohon maaf
apabila ada kesamaan nama, tokoh, karakter ataupun peristiwa.