Senin, 08 Juni 2015

Manusia & Penderitaan

Tugas Softskill - Pertemuan 3


Nama                : Muhammad Fahreza
NPM                  : 57414194
Kelas                 : 1IA07
Jenis Tulisan      : Cerpen (Cerita Pendek)
Judul Tulisan      : Perjuangan Hidup, Ibu Penjual Sayur
Tema                 : Manusia & Penderitaan

"Perjuangan Hidup, Ibu Penjual Sayur"



Di sebuah desa terpencil, tinggalah seorang ibu dan putrinya di rumah yang sangat tidak layak untuk di tempati. Mereka menjalani hidup bersama-sama membanting tulang demi bertahan hidup melewati kerasnya kehidupan. Putrinya yang masih berusia 10 tahun terpaksa ikut membanting tulang bersama ibunya demi mendapatkan uang.

Namun apalah daya, penderitaan mereka bertambah setelah ayahnya meninggal dunia sejak 3 tahun yang lalu. Dalam kesehariannya, ibu dan anak itu memperoleh secercah uang hanya dari menjual sayur-sayuran yang mereka peroleh dari kios pasar untuk dijualkan. Jumlahnya pun tak seberapa, paling jika semua sayur tersebut habis terjual, totalnya mereka hanya mendapatkan Rp20.000 saja. Itupun belum merupakan pendapatan mereka, karena Rp15.000 dari total sayur yang habis terjual itu merupakan setoran bersih yang harus diberikan kepada pemilik kios yang bersedia mendistribusikan dagangan mereka kepada orang-orang yang ingin menjualkannya ke rumah-rumah.

Jadi sisanya ialah pendapatan mereka dari hasil menjual sayur-sayur tersebut. Yang benar saja dalam sehari mereka hanya mendapatkan Rp5.000 ? Ya, memang benar adanya. Mereka adalah Suratmi(ibu) dan Anis(anaknya) yang sangat ikhlas menerima kenyataan hidup yang telah mereka jalani selama 3 tahun.

Alkisah suatu hari di dalam pasar, terjadilah percakapan antara ibu Suratmi dengan pemilik kios saat hendak mengambil sayur-sayuran di kios yang biasa mereka ambil untuk dijualkan.

“Permisi bu, adakah stok sayur-sayuran yang tersedia untuk kami jualkan hari ini ?”, tanya ibu Suratmi bersama putrinya kepada ibu Ratna(pemilik kos).
“Oh ada kok bu. Ibu bisa ambil di samping meja itu. Ibu dapat langsung masukkan ke keranjang untuk segera dijualkan.”, jawab ibu Ratna selaku pemilik kios sayur-sayuran di pasar sambil menunjuk ke arah meja.
“Terima kasih bu. Saya ambil ya sayur-sayuran ini. Untuk itu saya mohon izin untuk segera menjualkannya. Yuk nak..”, balas ibu Suratmi sambil menuntun anaknya keluar.
“Alhamdulillah nak, hari ini kita bisa bekerja. Karena persediaan sayur masih banyak.”, kata ibu Suratmi sambil melihat ke arah anaknya.

Alkisah di perumahan desa tampak ibu Suratmi dan anaknya sedang berkeliling menjualkan dagangannya.

“Sayur... sayur.. sayur. Bu sayurannya bu ? Masih segar-segar bu”, teriak ibu Suratmi menawarkan dagangannya.
“Bu, belum ada yang beli ya ? Anis haus bu..”, terang anaknya.
“Belum nak, kamu yang sabar ya. Ibu tidak punya uang. Mungkin sebentar lagi ada yang membeli. Ibu usahakan untuk berteriak sedikit lebih keras lagi ya nak, mungkin orang-orang kurang mendengarnya.”, jawab ibu sambil tersenyum.

Alkisah diceritakan. Setelah berkeliling selama 20 menit, tak lama kemudian ada seseorang yang ingin membeli dagangannya.

“Sayur...”, panggil seorang ibu yang sedang bersama anaknya ke arah ibu Suratmi untuk membeli dagangannya.
“Oh iya bu boleh..”, jawab ibu Suratmi sambil menuju ke arah pembeli itu bersama Anis.
“Ada tomat bu ?”, tanya pembeli.
“Oh ada bu. Tapi hanya ada 3 buah saja.”, jawab ibu Suratmi.
“Oh tidak apa-apa bu. Saya beli semua tomatnya ya. Harga 1 buahnya berapa ya bu ?”, tanya pembeli kembali.
“Rp2000 bu”, jawab ibu Suratmi.
“Ga kurang bu? Rp1500 deh. Tomatnya juga sudah kurang bagus bu.”, lanjut pembeli.
“Baiklah bu tidak apa-apa. Daripada dagangan saya tidak ada yang membeli sama sekali.”, jawab ibu Suratmi sambil membungkus tomat tersebut.
“Makasih ya bu, ini uangnya.”, lanjut pembeli sambil memberikan uangnya Rp5000.
“Ini bu kembaliannya..”, lanjut ibu Suratmi sambil ingin memberikan kembalian Rp500.
“Tidak usah bu, tidak apa-apa. Kembaliannya untuk ibu saja.”, kata pembeli dengan rasa iba.
“Terima kasih banyak ya bu.”, jawab ibu Suratmi dengan senang.

Alkisah, setelah itu ibu Suratmi dan putrinya kembali berjualan. Singkat cerita, sampai pukul 4 sore dagangan pun belum terjual semua. Karena anaknya sudah sangat haus, akhirnya ia dan anaknya bergegas kembali ke kios pasar untuk memberikan setoran hasil penjualannya hari itu.

“Permisi bu, saya ingin memberikan hasil penjualan dagangan hari ini. Ini bu..”, kata ibu Suratmi kepada pemilik kios sambil menyerahkan uang Rp5000.
“Cuma Rp5000 ya ? Baiklah tidak apa-apa. Rezeki kan memang sudah ada yang mengaturnya. 25% dari Rp5000 ini merupakan pendapatanmu. Jadi hari ini kamu dapat Rp1250. Ini terima uangnya..”, terang ibu kios sambil menyerahkan uang Rp1250 untuk ibu Suratmi.
“Alhamdulillah.. Terima kasih bu.”, jawab ibu Suratmi dengan rasa syukur serta sedikit bersedih.
“Yuk nak, kita pulang.”, kata Ibu kepada putrinya.

Singkat cerita. Selepas di rumah, Anis dan ibunya akhirnya dapat melepas dahaganya. Beberapa saat kemudian, Anis berkata kepada ibunya bahwa ia sangatlah lapar. Oleh karena itu, ibunya segera bergegas keluar mencari makanan walau uang yang ia miliki hanya Rp1250 dari penghasilan tadi. Ia tidak menghiraukannya, yang terpenting adalah ia bisa mendapatkan makanan untuk anaknya. Ibunya pun akhirnya kembali ke rumah dengan hanya membawa 1 bungkus roti yang ia beli di warung seharga Rp1000. Ia terpaksa hanya membeli roti karena ia tidak mendapat pinjaman uang.

Tiba-tiba terdengar suara jeritan kesakitan. Ternyata jeritan tersebut datangnya dari putrinya. Rupanya putrinya tersebut merasakan perutnya sakit karena tidak bisa menahan rasa lapar seharian. Akhirnya ibu memberikan 1 bungkus roti tersebut kepada putrinya.

“Ini nak, makanlah. Mudah-mudahan rasa laparmu bisa segera hilang.”, kata ibu kepada putrinya.
“Ini buat Anis bu ? Lalu ibu makan apa ? Ibu kan juga belum makan seharian.”, jawab Anis.
“Ibu tadi saat di luar sudah makan nak, jadi kamu habiskan saja ya rotinya.”, jawab ibu dengan sengaja berbohong karena tidak ingin melihat putrinya bersedih.
“Tapi wajah ibu kok pucat ? Pasti ibu berbohong ya ? Ini kita bagi berdua aja bu, setengahnya untuk ibu, setengahnya lagi untuk Anis, ibu makan ya.”, tegas Anis dengan penuh rasa tegar.
“(Ibu memeluk Anis sambil nangis). Maafkan ibu ya nak. Ibu belum bisa menjadi sosok yang baik untukmu. Ibu cuma pedagang sayur, ibu tidak bisa menyekolahkanmu, ibu tidak bisa membelikanmu makanan yang mencukupi, ibu memang hanya bisa mendatangkan penderitaan saja untukmu. Maafkan ibu ya nak.”
“Ibu kok berkata seperti itu ? Penderitaan ibu juga penderitaan Anis kok. Memang mau bagaimana lagi bu, takdir hidup kita memang seperti ini. Jadikan derita sebagai cerita bu, niscaya pelita kan berkata. Itulah pepatah yang dapat Anis berikan untuk Ibu. Mungkin yang dapat merubah semua ini cuma Anis bu. Anis harus bisa mendapat ilmu dari sumber mana saja walau Anis tidak bersekolah. Itulah cita-cita Anis yang saat ini harus bisa Anis wujudkan bu.” , tegas Anis dengan nada memotivasi.
“(Tangisan ibu semakin dalam sambil memeluk erat putrinya). Kamu memang anak ibu yang baik nak, ibu bangga padamu. Ibu berjanji ibu akan selalu berjuang paling tidak sedikit mengurangi penderitaan ini. Terutama ibu akan mengumpulkan uang untuk menyekolahkanmu, walau itu pasti sangat lama. Tetapi itulah yang harus ibu lakukan untukmu.”

Singkat cerita. Keesokan harinya, ibu dan Anis pun kembali melakukan rutinitas sehari-harinya dengan berjualan sayur. Setiap hari penghasilannya pun tidak menentu. Terkadang dagangannya habis terjual semua dan sebaliknya dagangannya pun juga kadang tidak ada yang membelinya. Setiap harinya, penghasilannya hanya cukup untuk makan dan minum yang sangat serba pas-pasan. Tetapi semua itu dijalani dengan penuh keikhlasan, tanpa ada rasa mengeluh sedikitpun. Sang ibu yakin bahwa suatu saat nanti ia pasti bisa menyekolahkan anaknya.  

---------------------------------------------------------------------------------

Kesimpulan

Dari cerpen di atas, dapat kita ambil kesimpulan yaitu :

  1. Andai penderitaan itu sedang datang, teruslah berusaha untuk berjuang sesuai keadaan yang kita miliki agar dapat mengurangi penderitaan tersebut walaupun sedikit.
  2. Lakukan segala sesuatu secara halal, walau derita sedang bersama kita. Seperti berjualan.
  3. Bersabarlah dan teruslah bersyukur terhadap rezeki berapapun yang kita dapatkan.
  4. Jadikan derita sebagai cerita, niscaya pelita kan berkata. Maksudnya jika kita sedang mengalami penderitaan, janganlah mengeluh. Niscaya jalan atau kemudahan akan menghampiri kita.
Cerita ini hanya fiktif belaka, mohon maaf apabila ada kesamaan nama, tokoh, karakter ataupun peristiwa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar