Ketika mendengar kata
motivasi, diri ini selalu ku ingatkan bahwa ada insan yang harus aku bahagiakan
di kemudian hari. Membangun motivasi tentunya tidaklah mudah, tetapi aku selalu
mencoba sebisa mungkin walaupun kenyataannya egoku masih sering mengalahkan
motivasiku. Dalam membangun motivasi, aku perlu melihat keberhasilan dari
tokoh-tokoh besar, hal itu lah yang mampu mendorong pemikiranku bahwa aku harus
bisa menjadi seperti sang tokoh tersebut. “Ia
bisa, mengapa aku tidak” itulah hal pertama yang pasti melintas dipikiranku
jika aku melihat seseorang yang hebat. Membangun motivasi bagi diriku ini
pertama dimulai dari niat terlebih dahulu, memang benar terasa berbeda jika
suatu pekerjaan dilakukan dengan niat dan yang dilakukan tanpa niat. Jika
pekerjaan itu aku lakukan dengan niat, pasti di dalam diri ini langsung tertuju
pada target yang ingin dicapai dan muncul rasa tanggung jawab untuk cepat-cepat
menyelesaikannya. Berbeda halnya dengan pekerjaan yang aku lakukan tanpa niat, di
saat sedang melaksanakan prosesnya dan muncul godaan di mana itu bukan
prioritasku atau tidak penting untuk ku kerjakan, godaan tersebut mampu membuatku
beralih dari titik tujuan sehingga membuatku menunda-nunda dan akhirnya
hilanglah semangat itu.
Aku pun termasuk pribadi yang sering
memikirkan kesenangan, contohnya seperti bermain game. Hampir 5 jam disetiap
hariku bahkan terkadang bisa lebih, aku habiskan untuk bermain game jika tidak
ada tugas atau kewajiban yang harus aku selesaikan. Orang tuaku juga tidak
pernah melarangku karena aku telah jelaskan ke mereka bahwa passion-ku itu ada di dalam game dan
impianku menjadi seorang Game Developer, walaupun sampai sekarang masih sering
bermainnya bukan mencoba untuk membuatnya. Walau demikian, aku selalu ingat pesan
orang tuaku boleh bermain game seberapa lamanya, tetapi harus tetap ingat waktu
dan tetaplah pada tanggungjawab terhadap apa yang sudah diniatkan. Aku juga
termasuk pribadi yang suka menunda-nunda pekerjaan, contohnya saja tugas
softskill ini, Ibu dosen memberikan tugas di minggu ke-5 perkuliahan dan harus
dikumpulkan di minggu ke-9, tetapi aku mengerjakannya satu atau dua hari
sebelum tugas itu dikumpulkan. Mungkin terdengar cukup ekstrim, tetapi itulah
kebiasaan yang sampai saat ini masih sering aku lakukan hampir di setiap tugas,
jarang sekali aku mengerjakannya di jauh-jauh hari. Tetapi setidaknya di dalam
diri ini masih ada motivasi untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan
walaupun waktu pengerjaannya masih harus diperbaiki lagi.
Contoh lain yaitu penulisan ilmiah yang
sebenarnya harus sudah aku lakukan di semester 6 yang lalu, tetapi sampai
sekarang ini aku belum juga menyelesaikannya. Sebenarnya keinginan untuk menyelesaikannya
sudah ada, tetapi karena faktor menunda-nunda tersebut membuat semakin banyak
tugas-tugas baru yang bermunculan dan harus diselesaikan terlebih dahulu, yaitu
tugas-tugas di semester 7 sekarang ini, sehingga penulisan ilmiah pun menjadi
terbengkalai kembali. Alasanku belum menyelesaikannya pertama karena aku ingin
benar-benar fokus mata kuliah pada semester 6 untuk mencapai target saya, yaitu
mendapat nilai A untuk semua mata kuliah dan alhamdulillah target saya itu
tercapai walaupun harus mengorbankan penulisan ilmiah ini. Alasan yang kedua yaitu
rasa malas pastinya yang selalu menghampiri, rasa malas ini diartikan karena saya
termasuk pribadi yang ingin menyelesaikan sesuatu di satu tujuan terlebih
dahulu, seperti pada alasan saya yang pertama tadi. Malas tersebut hanya
terbatas untuk tujuan lain yang belum saya prioritaskan, yaitu penulisan Ilmiah
ini. Jika sewaktu semester kemarin saya membalikkan ingin menyelesaikan
penulisan ilmiah terlebih dahulu, maka rasa malas akan timbul untuk mengikuti
perkuliahan di semester 6 dengan baik. Aku harus banyak belajar lagi mengenai sikap
menghargai waktu. Karena aku masih menggampangkan waktu seperti “ah entar aja deh ngerjainnya, masih lama
juga kan.. ah itu tugasnya gampang, sebentar aja juga selesai.. ah kan sekarang
nyari apa aja cepat, jadi bisalah gausah khawatir..”, hal seperti itulah yang
sering aku alami, di dalam hati ini sering menyebut kata-kata seperti itu, dan
kenyataannya memang tidak semuanya sesuai seperti itu. Dalam memunculkan
motivasi, aku masih tergolong pribadi yang berprinsip pada ‘bagaimana nanti’
bukan ‘nanti bagaimana’. Karena aku masih menggampangkan roda kehidupan dan
menganggap akan membawa nasibku ke arah yang lebih baik (pada kenyataannya
belum tentu), tanpa melakukan usaha lebih.
Banyak pengalaman pribadi yang pernah
aku alami dalam mencoba membangun motivasi diri ini, ada yang berhasil dan ada yang
gagal. Keberhasilanku dalam memotivasi diri ini pernah aku alami ketika aku
duduk di bangku SMK, sebelum masuk SMK aku pernah bertekad bahwa suatu saat
nanti di SMK, aku pasti bisa mengikuti lomba atau olimpiade yang bisa membawa
nama sekolah, dan alhamdulillah tekadku tersebut dapat terwujud saat aku duduk
di bangku kelas 11 (2 SMK), aku terpilih untuk mengikuti Lomba Keterampilan
Siswa (LKS) kategori Website Programming bersama seorang temanku walaupun kami
tidak mendapatkan juara, tetapi suatu kebanggaan tersendiri bagi diriku bisa
mengikuti lomba tersebut karena apa yang telah aku tekadkan dapat tercapai.
Sedangkan contoh yang gagalnya yaitu masalah penulisan ilmiah tadi, dan juga
contoh lain motivasiku yang masih belum berhasil ketika perkuliahan di semester
2 lalu. Aku berkeinginan masuk kelas IA01 (kelas unggulan) namun nyatanya ketika
pengumuman pembagian kelas baru, tidak ada namaku di daftar kelas IA01.
Dalam membangun motivasi diri
sendiri, ada kalanya aku membutuhkan bantuan motivasi dari luar, selain kedua
orang tua. Aku menyebutnya sosok motivator tersebut dengan sebutan “someone special”, ya, tentunya seorang
perempuan. Jujur saja jika aku memiliki someone
special yang memberiku motivasi, tidak tahu mengapa semangat di dalam diri
ini meningkat karena aku berfikir kembali bahwa ada insan yang harus aku
bahagiakan di kemudian hari. Mungkin sebagian orang berpendapat bahwa itu terkesan
aneh, tetapi faktanya itulah yang terjadi pada diri ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar