Rabu, 15 November 2017

Membangun Motivasi Diri Sendiri



Ketika mendengar kata motivasi, diri ini selalu ku ingatkan bahwa ada insan yang harus aku bahagiakan di kemudian hari. Membangun motivasi tentunya tidaklah mudah, tetapi aku selalu mencoba sebisa mungkin walaupun kenyataannya egoku masih sering mengalahkan motivasiku. Dalam membangun motivasi, aku perlu melihat keberhasilan dari tokoh-tokoh besar, hal itu lah yang mampu mendorong pemikiranku bahwa aku harus bisa menjadi seperti sang tokoh tersebut. “Ia bisa, mengapa aku tidak” itulah hal pertama yang pasti melintas dipikiranku jika aku melihat seseorang yang hebat. Membangun motivasi bagi diriku ini pertama dimulai dari niat terlebih dahulu, memang benar terasa berbeda jika suatu pekerjaan dilakukan dengan niat dan yang dilakukan tanpa niat. Jika pekerjaan itu aku lakukan dengan niat, pasti di dalam diri ini langsung tertuju pada target yang ingin dicapai dan muncul rasa tanggung jawab untuk cepat-cepat menyelesaikannya. Berbeda halnya dengan pekerjaan yang aku lakukan tanpa niat, di saat sedang melaksanakan prosesnya dan muncul godaan di mana itu bukan prioritasku atau tidak penting untuk ku kerjakan, godaan tersebut mampu membuatku beralih dari titik tujuan sehingga membuatku menunda-nunda dan akhirnya hilanglah semangat itu.

Aku pun termasuk pribadi yang sering memikirkan kesenangan, contohnya seperti bermain game. Hampir 5 jam disetiap hariku bahkan terkadang bisa lebih, aku habiskan untuk bermain game jika tidak ada tugas atau kewajiban yang harus aku selesaikan. Orang tuaku juga tidak pernah melarangku karena aku telah jelaskan ke mereka bahwa passion-ku itu ada di dalam game dan impianku menjadi seorang Game Developer, walaupun sampai sekarang masih sering bermainnya bukan mencoba untuk membuatnya. Walau demikian, aku selalu ingat pesan orang tuaku boleh bermain game seberapa lamanya, tetapi harus tetap ingat waktu dan tetaplah pada tanggungjawab terhadap apa yang sudah diniatkan. Aku juga termasuk pribadi yang suka menunda-nunda pekerjaan, contohnya saja tugas softskill ini, Ibu dosen memberikan tugas di minggu ke-5 perkuliahan dan harus dikumpulkan di minggu ke-9, tetapi aku mengerjakannya satu atau dua hari sebelum tugas itu dikumpulkan. Mungkin terdengar cukup ekstrim, tetapi itulah kebiasaan yang sampai saat ini masih sering aku lakukan hampir di setiap tugas, jarang sekali aku mengerjakannya di jauh-jauh hari. Tetapi setidaknya di dalam diri ini masih ada motivasi untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan walaupun waktu pengerjaannya masih harus diperbaiki lagi.

Contoh lain yaitu penulisan ilmiah yang sebenarnya harus sudah aku lakukan di semester 6 yang lalu, tetapi sampai sekarang ini aku belum juga menyelesaikannya.  Sebenarnya keinginan untuk menyelesaikannya sudah ada, tetapi karena faktor menunda-nunda tersebut membuat semakin banyak tugas-tugas baru yang bermunculan dan harus diselesaikan terlebih dahulu, yaitu tugas-tugas di semester 7 sekarang ini, sehingga penulisan ilmiah pun menjadi terbengkalai kembali. Alasanku belum menyelesaikannya pertama karena aku ingin benar-benar fokus mata kuliah pada semester 6 untuk mencapai target saya, yaitu mendapat nilai A untuk semua mata kuliah dan alhamdulillah target saya itu tercapai walaupun harus mengorbankan penulisan ilmiah ini. Alasan yang kedua yaitu rasa malas pastinya yang selalu menghampiri, rasa malas ini diartikan karena saya termasuk pribadi yang ingin menyelesaikan sesuatu di satu tujuan terlebih dahulu, seperti pada alasan saya yang pertama tadi. Malas tersebut hanya terbatas untuk tujuan lain yang belum saya prioritaskan, yaitu penulisan Ilmiah ini. Jika sewaktu semester kemarin saya membalikkan ingin menyelesaikan penulisan ilmiah terlebih dahulu, maka rasa malas akan timbul untuk mengikuti perkuliahan di semester 6 dengan baik. Aku harus banyak belajar lagi mengenai sikap menghargai waktu. Karena aku masih menggampangkan waktu seperti “ah entar aja deh ngerjainnya, masih lama juga kan.. ah itu tugasnya gampang, sebentar aja juga selesai.. ah kan sekarang nyari apa aja cepat, jadi bisalah gausah khawatir..”, hal seperti itulah yang sering aku alami, di dalam hati ini sering menyebut kata-kata seperti itu, dan kenyataannya memang tidak semuanya sesuai seperti itu. Dalam memunculkan motivasi, aku masih tergolong pribadi yang berprinsip pada ‘bagaimana nanti’ bukan ‘nanti bagaimana’. Karena aku masih menggampangkan roda kehidupan dan menganggap akan membawa nasibku ke arah yang lebih baik (pada kenyataannya belum tentu), tanpa melakukan usaha lebih.

Banyak pengalaman pribadi yang pernah aku alami dalam mencoba membangun motivasi diri ini, ada yang berhasil dan ada yang gagal. Keberhasilanku dalam memotivasi diri ini pernah aku alami ketika aku duduk di bangku SMK, sebelum masuk SMK aku pernah bertekad bahwa suatu saat nanti di SMK, aku pasti bisa mengikuti lomba atau olimpiade yang bisa membawa nama sekolah, dan alhamdulillah tekadku tersebut dapat terwujud saat aku duduk di bangku kelas 11 (2 SMK), aku terpilih untuk mengikuti Lomba Keterampilan Siswa (LKS) kategori Website Programming bersama seorang temanku walaupun kami tidak mendapatkan juara, tetapi suatu kebanggaan tersendiri bagi diriku bisa mengikuti lomba tersebut karena apa yang telah aku tekadkan dapat tercapai. Sedangkan contoh yang gagalnya yaitu masalah penulisan ilmiah tadi, dan juga contoh lain motivasiku yang masih belum berhasil ketika perkuliahan di semester 2 lalu. Aku berkeinginan masuk kelas IA01 (kelas unggulan) namun nyatanya ketika pengumuman pembagian kelas baru, tidak ada namaku di daftar kelas IA01.

Dalam membangun motivasi diri sendiri, ada kalanya aku membutuhkan bantuan motivasi dari luar, selain kedua orang tua. Aku menyebutnya sosok motivator tersebut dengan sebutan “someone special”, ya, tentunya seorang perempuan. Jujur saja jika aku memiliki someone special yang memberiku motivasi, tidak tahu mengapa semangat di dalam diri ini meningkat karena aku berfikir kembali bahwa ada insan yang harus aku bahagiakan di kemudian hari. Mungkin sebagian orang berpendapat bahwa itu terkesan aneh, tetapi faktanya itulah yang terjadi pada diri ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar